Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Melihat Cara Pertanian Tradisional di Desa Wisata Kebonagung

Salah satu yang menarik di Jogja adalah desa wisatanya. Desa wisata adalah obyek yang merupakan sebuah desa, terbuka untuk pengunjung untuk melihat dan menikmati berbagai aktivitas. Desa wisata bisa menjadi alternatif untuk wisata bagi anak sekolah karena memiliki nilai edukasi.

Para pengunjung dapat menikmati keindahan pemandangannya, tipe rumah adat seperti rumah joglo yang masih tradisional, produk kerajinan khas seperti produk leather dan daya tarik lainnya di desa-desa wisata yang ada di Jogja. Desa Kebonagung dikenal sebagai desa wisata untuk melihat pertanian yang masih tradisional di Jogja.

Rumah Joglo di Kebonagung, sumber : sewa mobil Jogja


Desa Kebonagung

Keberadaan Kebonagung sebagai desa wisata pertanian tidak lepas dari sejarahnya. Melalui perjanjian Giyanti yang membagi kekuasaan Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta Hadininggrat dan Kesultanan Yogyakarta, maka akhirnya Kebonagung menjadi salah satu milik wilayah Yogyakarta setelah sebelumnya merupakan milik Surakarta.

Pada waktu dimiliki oleh Surakarta, tempat ini memang menjadi wilayah penyangga pangan kerajaan dari hasil pertaniannya. Selain itu, tempat ini juga menjadi tempat pengasingan bagi para selir. Istilah pengasingan pada waktu itu disebut dengan “dikebonkan”. Karena termasuk wilayah “agung” kerajaan, maka tempat ini akhirnya diberi nama Kebonagung yang saat ini merupakan sebuah desa.

Desa ini merupakan salah satu desa wisata yang terletak di kecamatan Imogiri, Bantul dan 98% penduduknya beragama Islam. Desa ini terkenal sebagai Desa Wisata Pertanian dan Budaya. Desa Wisata ini terletak sekitar 17 km ke arah selatan kota Yogyakarta. Letak desa wisata ini juga berdekatan dengan lokasi makam raja-raja mataram di Imogiri. Desa Kebonagung terdiri dari 5 padukuhan yaitu:  Padukuhan Tlogo, Padukuhan Kalangan, Padukuhan Mandingan, Padukuhan Kanten, Padukuhan Jayan.

Pada tahun 2001, sebenarnya kondisi desa termasuk salah satu yang tertinggal. Karena itu, pemerintah setempat sempat mendorong agar desa menjadi lebih maju. Akhirnya, kelompok sadar wisata yang merupakan penduduk setempat mulai mencoba berbagai langkah untuk menjadikan desa ini sebagai salah satu tujuan wisata.

Usaha untuk membangun wisata di tempat ini tidaklah mudah. Bahkan kelompok sadar wisata yang terdiri dari beberapa orang sempat mendapat cemoohan warga setempat. Namun setelah melihat potensi desa di area sekitar area bendungan serta pemandangan khas pertanian dan peternakannya, akhirnya usaha mereka mulai membuahkan hasil.

Salah hasil usahanya dimulai salah satunya pada saat menerima tamu dari luar daerah sebagai pengunjung untuk menikmati wisata desa di lokasi ini. Pada tahun 2006 salah satu sekolah mengirimkan sekelompok anak-anak SMA untuk berkunjung. Tidak tanggung-tanggung, mereka berasal dari pusat Indonesia, yaitu SMA 71 Jakarta.

Dari sini kemudian wisata desa mulai semakin berkembang. Salah satunya dilihat dari proyek pembangunan bendungan yang akhirnya diresmikan pada 2008. Sungai Opak adalah lokasi tempat bendungan berada yang berfungsi untuk menampung air yang dimanfaatkan untuk mengairi sawah di area selatan Imogiri.

Pada tahun-tahun setelahnya hingga kini, pengembangan terus dilakukan. Salah satunya dari aspek kebudayannya, seperti kelompok tari, gejog lesung, kentongan, jathilan dan laras madya (rebana untuk lansia) sehingga dapat lebih menarik menjadi salah satu desa wisata di Jogja. Nah, apa saja yang dapat dinikmati di desa wisata ini?

Bajak Sawah di Kebonagung, sumber : Insanwisata


Aktivitas wisata desa

Ada beberapa kegiatan yang ditawarkan saat mengunjungi desa wisata Kebonagung ini. Salah satu yang paling sering dinikmati adalah aktivitas membajak sawah. Bedanya, jika selama ini sudah terdapat peralatan canggih untuk membajak sawah, namun wisatawan ditawarkan aktivitas untuk membajak sawah dengan sensasi yang tradisional.

Wisatawan akhirnya jadi mengenal beberapa istilah yang berkaitan dengan membajak sawah menurut penuturan warga setempat. Istilah seperti Ngluku dalam Bahasa Indonesia yang artinya membajak sawah, Garu ialah alat pertanian yang bentuknya seperti sisir serta Tandur ialah kegiatan pertanian tahap awal dimana bibit tanaman ditanam satu persatu sesuai lajur yang telah dibuat yang semuanya merupakan istilah yang berasal dari bahasa Jawa.

Selain aktivitas bertani di sawah yang masih dilakukan secara tradisional, pengunjung juga memiliki kesempatan untuk menikmati aktivitas lainnya seperti belajar membatik, menginap di rumah Joglo, menikmati berbagai perayaan tradisional desa dan aktivitas menarik lainnya.

Terdapat juga peralatan musik tradisional yang menjadi fasilitas kebudayaan di desa. Para pengunjung bisa mencoba belajar memainkannya dengan arahan penduduk setempat. Wisatawan juga bisa berfoto dengan suasana alam yang indah dan khas pedesaan.

Ketika mengunjungi desa wisata Kebonagung maka wisatawan juga akan menjumpai Bendung Tegal atau irigasi untuk menahan air. Walaupun hanya dalam nuansa irigasi wisata alam tetapi pengunjung dapat mengambil spot foto yang sangat menarik di sekitar irigasi.

Posting Komentar untuk "Melihat Cara Pertanian Tradisional di Desa Wisata Kebonagung"